Jumat, 22 April 2011
9 Kiat Sukses Wirausaha ala Mooryati Soedibyo
INGIN merasa mandiri finansial dan merdeka secara waktu? Ukir saja karier sebagai entrepreneurship. Selain fulus mengalir, Anda pun turut memberdayakan lingkungan dengan terciptanya lapangan kerja yang mampu menyerap sumber daya masyarakat sekitar.
Banyak orang merasa rendah diri dan tidak berani maju menjadi entrepreneur karena merasa tidak berbakat. Padahal, entrepreneurship bukanlah menyoal bakat karena dapat dipelajari dan dilatih. Khususnya wanita yang dianugerahi emotional quotation (EQ) atau kekuatan kesadaran (passion) dan impian untuk pantang menyerah berjuang guna meraih cita-citanya.
Namun, tentunya tidak hanya faktor itu saja yang mesti dikesepankan. DR BRA Mooryati Soedibyo memaparkan sembilan kiat yang didasarkan pada filosofi Jawa berikut ini.
Jumat, 15 April 2011
Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat!
Oleh Yudhistira ANM Massardi
Jika orientasi pendidikan adalah untuk mencetak tenaga kerja guna kepentingan industri dan membentuk mentalitas pegawai, --katakanlah hingga dua dekade ke depan--, yang akan dihasilkan adalah jutaan calon penganggur. Sekarang saja ada sekitar 750.000 lulusan program diploma dan sarjana yang menganggur.
Jumlah penganggur itu akan makin membengkak jika ditambah jutaan siswa putus sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Tercatat, sejak 2002, jumlah mereka yang putus sekolah itu rata- rata lebih dari 1,5 juta siswa setiap tahun.
Dalam "kalimat lain", ada sekitar 50 juta anak Indonesia yang tak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya. Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga ke perguruan tinggi?
Jika orientasi pendidikan adalah untuk mencetak tenaga kerja guna kepentingan industri dan membentuk mentalitas pegawai, --katakanlah hingga dua dekade ke depan--, yang akan dihasilkan adalah jutaan calon penganggur. Sekarang saja ada sekitar 750.000 lulusan program diploma dan sarjana yang menganggur.
Jumlah penganggur itu akan makin membengkak jika ditambah jutaan siswa putus sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Tercatat, sejak 2002, jumlah mereka yang putus sekolah itu rata- rata lebih dari 1,5 juta siswa setiap tahun.
Dalam "kalimat lain", ada sekitar 50 juta anak Indonesia yang tak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya. Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga ke perguruan tinggi?
Kamis, 07 April 2011
Membuka Usaha Sampingan (2)
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 676/XIII
Pada nomor yang lalu saya telah membahas tentang perlunya Anda menambah pendapatan dengan membuka sebuah usaha sampingan. Kali ini, kita akan membahas tentang apa yang perlu Anda perhatikan bila ingin membuka usaha sampingan.
1. BIDANG USAHA
Tentukan lebih dulu, bidang usaha macam apa yang ingin Anda jalankan. Apakah Anda ingin menjalankan usaha rumah makan kecil? Apakah Anda ingin membuka usaha jahitan? Atau Anda tertarik untuk membuka toko kelontong kecil? Bisa juga Anda membuka usaha jasa pembuatan kue-kue atau minuman (siapa tahu Anda bisa seperti Ibu Nila Chandra atau Pak Sukyanto). Bagaimana dengan usaha pernik-pernik/suvenir? Anda bisa membuka toko kecil yang menjual pernik-pernik lucu seperti gelas-gelas lucu atau semacamnya. Pada prinsipnya, semua bidang usaha tersebut bisa dibagi menjadi:
Membuka Usaha Sampingan
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 675/XIII
Pada beberapa edisi lalu saya mengatakan ke-pada Anda bahwa untuk mendapatkan penghasilan tambahan ada empat cara yang bisa Anda lakukan. Yakni bekerja pada orang lain, bekerja sendiri dengan mengandalkan keahlian, membuka usaha sampingan, atau melakukan investasi.
Dari keempat hal tersebut, membuka usaha sampingan biasanya merupakan cara yang cukup baik untuk mendapatkan peng-hasilan tambahan. Dengan membuka usaha sampingan, pertama-tama Anda mungkin harus terlibat penuh didalamnya. Tapi lama kelamaan, bila usaha itu besar, Anda bisa menyerahkan pengelolaannya pada orang lain, sehingga Anda bisa punya lebih banyak waktu. Sementara pemasukan terus berjalan.
Bandingkan dengan apabila Anda bekerja pada orang lain atau bekerja sendiri dengan mengandalkan keahlian. Bekerja pada orang lain jelas Anda harus mengikuti jam kerja yang disyaratkan. Sedangkan bekerja sendiri dengan mengandalkan keahlian, biasanya Anda bisa menentukan waktu kerja Anda sendiri, tapi tetap saja Anda akan sibuk